Bila
seorang anak laki-laki dianggap cukup umur untuk didewasakan, ia akan
di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya,
dengan mata tertutup.
Seorang
anak laki-laki pun dibawa jauh ke dalam hutan. Ketika hari sudah sangat
gelap, tutup matanya akan dibuka, dan orang yang mengantarnya akan
meninggalkannya sendirian. Ia dinyatakan diterima sebagai pria dewasa
bila ia tidak berteriak, apalagi menangis hingga malam berlalu.
Malam
sangatlah gelap, ia bahkan tidak dapat melihat telapak tangannya
sendiri, dan ia mulai ketakutan. Hutan mengeluarkan suara-suara
menyeramkan, auman serigala, dan bunyi dahan bergemerisik. Tapi ia harus
diam, tidak boleh berteriak atau menangis. Ia harus berusaha lulus
dalam ujian ini.
Satu
detik terasa berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak
dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mulai membasahi
sekujur tubuhnya.
Ketika
cahaya pagi mulai tampak, ia begitu gembira. Ia melihat sekeliling dan
kemudian menjadi begitu kaget ketika ia mengetahui ayahnya berdiri tak
jauh dibelakangnya, dengan posisi siap menembakkan anak panah, dengan
pisau terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam.
Seperti
sang Ayah, seperti itulah Tuhan bekerja menjaga kita. Setiap kali kita
merasa hidup terlalu kejam dan bertanya-tanya mengapa Tuhan melepaskan
kita ke dunia yang sulit ini, Ia sebenarnya tetap menyertai kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar